Microsoft Catat 8,5 Juta Perangkat Terdampak Blue Screen Pasca Update CrowdStrike

Microsoft mencatat sekitar 8,5 juta perangkat Windows mengalami blue screen setelah pembaruan CrowdStrike Falcon. Insiden ini berdampak luas pada berbagai sektor penting, termasuk maskapai penerbangan, layanan darurat, dan rumah sakit. Meskipun hanya kurang dari 1 persen perangkat yang terkena dampak, konsekuensi ekonomi dan sosial sangat signifikan. CrowdStrike dan Microsoft sedang bekerja sama untuk memperbaiki masalah ini dan mengembalikan sistem ke kondisi normal.

INDONEWSPORTAL.COM — Gangguan layanan teknologi informasi (TI) global yang melanda belakangan ini masih berlanjut, akibat dari pembaruan terbaru yang dilakukan CrowdStrike pada platform software berbasis cloud mereka, Falcon.

Pembaruan ini mengakibatkan kegagalan fungsi yang parah, memicu tampilan layar biru (blue screen) pada sejumlah besar perangkat yang menjalankan Microsoft Windows.

Menurut laporan dari Agence France-Presse (AFP), sekitar 8,5 juta perangkat Windows terkena dampak dari gangguan ini, meskipun jumlah tersebut hanya kurang dari 1 persen dari total mesin Windows yang ada.

Gangguan ini bermula pada Kamis (18/7) pukul 19.00 GMT dan berdampak pada pengguna Windows yang menjalankan perangkat lunak keamanan siber CrowdStrike Falcon.

Microsoft menjelaskan bahwa meskipun persentase perangkat yang terkena dampak tergolong kecil, konsekuensi ekonomi dan sosial dari gangguan ini sangat besar.

Penggunaan CrowdStrike oleh perusahaan-perusahaan besar yang menjalankan layanan penting menyebabkan dampak yang luas dan mendalam.

Sejumlah maskapai penerbangan terpaksa menghentikan operasi mereka, layanan darurat 911 mengalami gangguan, dan beberapa rumah sakit membatalkan jadwal operasi karena ketidakmampuan mengakses sistem mereka.

CrowdStrike merilis pernyataan pada Sabtu (20/7), mengonfirmasi bahwa pembaruan yang dirilis pada Kamis malam menyebabkan kerusakan sistem dan tampilan layar biru pada perangkat.

CEO CrowdStrike, George Kurtz, meminta maaf secara pribadi kepada semua pihak yang terdampak. Perusahaan tersebut sedang melakukan perbaikan dan mengharapkan untuk kembali ke kondisi normal dalam beberapa hari mendatang.

CEO Microsoft, Satya Nadella, melalui akun media sosialnya, mengungkapkan bahwa Microsoft sedang bekerja sama dengan CrowdStrike dan seluruh industri untuk memperbaiki masalah ini.

"Kemarin CrowdStrike merilis pembaruan yang mulai berdampak pada sistem TI secara global. Kami menyadari masalah ini dan bekerja sama dengan CrowdStrike dan seluruh industri untuk memberikan panduan teknis dan dukungan kepada pelanggan agar sistem mereka kembali online dengan aman," tulis Nadella di X (dulu Twitter).

Dampak dari gangguan ini juga dirasakan oleh Layanan Kesehatan Nasional (NHS) Inggris, yang mengalami kesulitan dalam mengakses catatan pasien dan membuat janji temu.

Juru bicara NHS mengungkapkan bahwa meskipun sebagian besar sistem kini kembali online, beberapa masih berjalan lebih lambat dari biasanya, dengan gangguan yang diperkirakan akan berlanjut hingga minggu depan.

Perusahaan media seperti Sky News Inggris dan ABC Australia juga mengalami dampak signifikan, dengan laporan bahwa siaran berita mereka terputus pada Jumat pagi akibat kesalahan ini.

Pihak berwenang di Australia, Inggris, dan Jerman memperingatkan potensi peningkatan upaya penipuan dan phishing akibat gangguan ini. Penipuan tersebut melibatkan individu yang menawarkan bantuan untuk me-reboot komputer dan meminta informasi pribadi atau detail kartu kredit.

Perbankan di Kenya dan Ukraina serta operator telepon seluler juga melaporkan masalah dengan layanan digital mereka, menambah kompleksitas situasi yang dihadapi.

Skala gangguan TI global ini merupakan yang terbesar dalam sejarah terbaru, mengingat dampaknya yang luas dan menyentuh berbagai sektor penting.

Insiden ini menunjukkan betapa terhubungnya sistem TI global dan pentingnya koordinasi serta mitigasi risiko dalam mengelola pembaruan perangkat lunak yang melibatkan jutaan pengguna.

Pihak berwenang dan perusahaan terkait terus bekerja untuk memperbaiki dan memitigasi dampak dari gangguan ini, sambil memberikan panduan kepada pengguna untuk menghindari penipuan yang mungkin muncul.