Salah satu perusahaan yang baru-baru ini mengumumkan langkah tersebut adalah Microsoft, yang berencana untuk melakukan PHK terhadap 1.900 stafnya.
Phil Spencer, CEO Microsoft Gaming, mengumumkan rencana tersebut melalui laman resmi perusahaan. Langkah ini akan mempengaruhi ribuan karyawan dari divisi game, termasuk Xbox Game Studios, Activision Blizzard, dan ZeniMax.
Dalam memonya, Spencer menyampaikan komitmen pimpinan Microsoft Gaming dan Activision Blizzard untuk menyelaraskan strategi dan rencana eksekusi dengan struktur biaya yang berkelanjutan guna mendukung pertumbuhan keseluruhan bisnis.
"Seiring dengan kemajuan kami di tahun 2024, pimpinan Microsoft Gaming dan Activision Blizzard berkomitmen untuk menyelaraskan strategi dan rencana eksekusi dengan struktur biaya berkelanjutan demi mendukung keseluruhan pertumbuhan bisnis kami," kata Spencer kepada para karyawannya.
Dalam mengumumkan keputusan tersebut, Spencer tidak lupa menghargai kreativitas, semangat, dan dedikasi yang telah diberikan oleh karyawan.
Namun, dia juga menyadari bahwa keputusan PHK ini merupakan langkah yang sulit, dengan rencana untuk mengurangi sekitar 1.900 peran dari total 22 ribu orang di tim game.
PHK ini dijalankan sebagai bagian dari upaya Microsoft Gaming untuk merestrukturisasi bisnisnya dan juga perusahaan game yang mereka kelola.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan keberlanjutan finansial bagi perusahaan di masa depan, meskipun dengan kesedihan karena harus mengurangi jumlah tenaga kerja yang telah berkontribusi pada kesuksesan perusahaan.
Sebelumnya, pada tahun 2023, Microsoft mengalami tantangan besar yang memaksa perusahaan untuk melakukan PHK dalam jumlah besar-besaran, dengan pemangkasan sekitar 10.000 karyawan.
Keputusan ini dipicu oleh penurunan bisnis perusahaan yang signifikan, terutama dalam permintaan perangkat lunak khususnya cloud-computing Microsoft di pasar global.
Ribuan karyawan harus menghadapi penundaan kenaikan gaji sebagai dampak langsung dari kondisi bisnis yang merosot. CEO Microsoft, Satya Nadella, menjelaskan bahwa tahun tersebut menampilkan kondisi ekonomi yang sangat berbeda di banyak dimensi, termasuk permintaan pelanggan, pasar tenaga kerja, dan investasi yang diperlukan untuk siklus inovasi berikutnya.
Pengakuan Nadella tentang tantangan ekonomi tersebut mencerminkan upaya perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan yang signifikan di pasar.
Meskipun langkah-langkah sulit seperti PHK harus diambil, Microsoft tetap berkomitmen untuk menghadapi tantangan tersebut sambil tetap fokus pada inovasi dan pertumbuhan jangka panjang.
Selain langkah-langkah pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dilakukan pada tahun 2023, Microsoft terus berupaya mengatasi dinamika pasar yang berubah dengan cepat.
Perusahaan ini berinvestasi dalam penelitian dan pengembangan untuk menciptakan solusi inovatif yang dapat memperkuat posisinya di pasar global. Langkah-langkah restrukturisasi dan pemangkasan tenaga kerja merupakan bagian dari strategi jangka panjang untuk mencapai ketahanan bisnis.
Dalam menghadapi penurunan permintaan perangkat lunak, Microsoft juga fokus pada diversifikasi portofolio produknya. Perusahaan meningkatkan penawaran cloud-computing dengan menyesuaikan layanan sesuai dengan perubahan kebutuhan pelanggan.
Selain itu, investasi dalam teknologi terkini seperti kecerdasan buatan (AI) dan komputasi awan terdistribusi menjadi bagian integral dari visi Microsoft untuk tetap menjadi pemimpin industri teknologi.
CEO Satya Nadella menekankan pentingnya adaptasi terhadap perubahan pasar dan kebutuhan pelanggan. Dalam era ketidakpastian ekonomi, Microsoft berkomitmen untuk tetap menjadi motor inovasi dan menghadirkan solusi yang relevan.
Keputusan sulit seperti PHK diikuti dengan strategi pertumbuhan yang matang, yang mencerminkan tekad Microsoft untuk mempertahankan keunggulannya di tengah dinamika bisnis yang penuh tantangan.