Nilai Rupiah Terus Melemah, Kebijakan Baru Dirapatkan Pekan Depan

Dalam menghadapi pelemahan nilai rupiah terhadap dolar Amerika, Bank Indonesia tengah mempertimbangkan perubahan kebijakan untuk menjaga stabilitas mata uang. Situasi ekonomi yang tidak terduga ini memicu spekulasi pasar terhadap langkah-langkah bank sentral, termasuk kemungkinan kenaikan suku bunga. Lalu apa saja perubahan terbaru dalam kebijakan moneter dan strategi yang diambil oleh Bank Indonesia untuk menghadapi tantangan ekonomi saat ini?

18 Apr, 2024 - 19:35
Nilai Rupiah Terus Melemah, Kebijakan Baru Dirapatkan Pekan Depan

PEREKONOMIAN Indonesia menghadapi tantangan yang tak terduga dengan melemahnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika. Rupiah, yang sebelumnya diharapkan akan mengalami pelonggaran moneter, kini justru mengalami penurunan nilai yang signifikan, mendorong Bank Indonesia untuk mempertimbangkan perubahan kebijakan.

Ketika masyarakat kembali beraktivitas pasca libur Lebaran, nilai rupiah anjlok hingga mencapai titik terendah dalam empat tahun terakhir dibandingkan dengan dolar Amerika yang menguat.

Hal ini disebabkan oleh prediksi bahwa Federal Reserve AS akan mempertahankan suku bunga tinggi untuk mengendalikan ekonomi yang berkembang pesat.

Penurunan nilai rupiah telah menembus angka 16.000 rupiah per dolar Amerika, dengan penurunan sebesar 5,25 persen sepanjang tahun ini. Para analis pasar berspekulasi bahwa Bank Indonesia mungkin akan menaikkan suku bunga guna menstabilkan mata uang.

Bank Indonesia memiliki mandat utama menjaga stabilitas mata uang, dan telah menggunakan berbagai strategi intervensi untuk menangani fluktuasi rupiah di tengah penguatan dolar. Bank diprediksi akan menjadi salah satu bank sentral pertama di Asia yang memulai pemangkasan suku bunga.

Namun, dengan adanya rapat kebijakan yang dijadwalkan pada 23 April, tampaknya ada perubahan arah kebijakan. Kenaikan suku bunga, yang akan menjadi yang pertama sejak bulan Oktober, kini sedang dipertimbangkan.

Meskipun inflasi masih terkendali, dan ada kekhawatiran terhadap pertumbuhan, kenaikan suku bunga dapat meningkatkan daya tarik imbal hasil yang selama ini menarik minat investor terhadap rupiah, meskipun hal ini juga ikut andil dalam fluktuasi yang sering terjadi.

Pesona rupiah sebagai mata uang yang menguntungkan dalam carry-trade kini meredup karena volatilitasnya dan margin keuntungan yang tipis dibandingkan dengan pasar dolar. Selisih antara obligasi pemerintah AS dengan durasi 10 tahun dan obligasi pemerintah Indonesia kini hanya tinggal dua poin.

Pemegang asing atas surat berharga pemerintah Indonesia telah berkurang dari seperempat pada Desember 2020 menjadi hanya 14 persen.

Bank Indonesia telah bertindak proaktif dengan melakukan kombinasi pembelian rupiah langsung di pasar valuta asing dan kontrak forward non-deliverable domestik, serta pembelian obligasi pemerintah, untuk menahan penurunan nilai rupiah.

Langkah-langkah ini cukup berhasil, karena rupiah tidak mengalami penurunan sebesar mata uang lainnya, seperti won Korea. Selain itu, intervensi di pasar DNDF telah menekan ekspektasi penurunan nilai, dengan prediksi penurunan hanya sekitar 0,5 persen dalam enam bulan ke depan.

Kepala Departemen Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto, telah menegaskan bahwa bank sentral berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait untuk menghindari volatilitas rupiah yang berlebihan, termasuk koordinasi permintaan dolar dari perusahaan-perusahaan BUMN seperti Pertamina.

Saat Indonesia menghadapi dilema ekonomi ini, mata dunia tertuju padanya. Keputusan yang akan diambil oleh Bank Indonesia dalam waktu dekat ini akan menjadi contoh bagi pasar negara berkembang lainnya dan akan menentukan arah baru bagi perekonomian Indonesia.

Aiman Daiki Kuncoro Indonewsportal Media Reporter