Waspadai Osteoporosis di usia 35 Tahun
Osteoporosis atau pengeroposan tulang, bukan hanya ancaman bagi lanjut usia. Artikel ini mengingatkan bahwa risiko osteoporosis perlu diwaspadai sejak usia 35 tahun, di mana pemeriksaan kondisi tulang sebaiknya dimulai secara intensif.
Risiko osteoporosis yang juga dikenal dengan sebutan pengeroposan tulang, tidak hanya mengintai para lanjut usia (Lansia). Namun perlu diwaspadai juga pada usia 35 tahun.
Adapun pemeriksaan kondisi tulang sebaiknya mulai diperiksakan secara intensif di usia 30-an tahun. Sebab adanya gangguang hormon dapat menyebabkan penurunan kepadatan tulang lebih cepat.
"Kepadatan tulang mencapai puncaknya biasanya pada dekade ketiga atau usia 30-an," ujar Praktisi Kesehatan, dr Faisal Parlindungan, SpPD-KR.
Meskipun demikian, ada beberapa indikasi yang perlu diwaspadai sebagai gejala osteoporosis. Misalnya, penurunan tinggi badan yang signifikan, di mana salah satu penyebabnya dapat menjadi skoliosis, yang mungkin merupakan pertanda awal osteoporosis.
Selain pemeriksaan medis secara rutin, dr Faisal menekankan pentingnya bagi perempuan untuk mulai memperhatikan kesehatan tulang mereka sejak dini. Ini bisa dilakukan melalui pola makan yang seimbang dan kaya nutrisi, serta peningkatan aktivitas fisik.
"Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan tulang sejak usia muda dengan mengadopsi gaya hidup sehat," imbuh dr Faisal.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI), dr Tirta Z Tamin, SpKFR(K) menyampaikan, munculnya osteoporosis kerap tidak ada gejala. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan agar tidak terlanjur terjadi kondisi yang semakin buruk.
"Biasanya tidak ada gejala, tapi tiba-tiba muncul nyeri di bagian-bagian tertentu seperti panggul, area tulang belakang, dan persendian, pas diperiksa ternyata mengalami patah akibat osteoporosis," paparnya.