Tempe Mendoan, Kuliner Khas Banyumas yang Diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda
Tempe mendoan, sajian kuliner yang berasal dari Banyumas, Jawa Tengah, telah resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb). Sejarah dan proses pembuatan mendoan, serta peran pentingnya dalam budaya Banyumas menjadikan Tempe mendoan bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga menjadi simbol identitas dan kearifan lokal.
BANYUMAS, INDONEWSPORTAL.COM - Tempe mendoan diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dalam kategori 'Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional'.
Proses penetapan ini merujuk pada hasil Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021 oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Mendoan, sebuah sajian kuliner khas Banyumas, Jawa Tengah, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Banyumas. Nama "mendoan" sendiri berasal dari kata "mendo", yang berarti setengah matang. Proses pengusulan status WBTb ini telah dimulai sejak tahun 2020, dan setelah perjalanan panjang, akhirnya tercapai.
Mendoan ditemukan secara tak sengaja saat proses pembuatan keripik tempe. Dalam proses menggoreng keripik tersebut, tempe digoreng setengah matang. Setelah dingin, tempe tersebut kemudian digoreng kembali.
Ahmad Tohari, seorang penulis dan budayawan asal Banyumas, mengatakan bahwa mendoan sekarang justru lebih populer dibanding keripik tempe.
Proses pembuatan mendoan juga memiliki ciri khas tersendiri. Tempe yang digunakan tidaklah padat seperti tempe biasa. Tempe dibuat menjadi lembaran tipis dan lebar, kemudian dibungkus dengan daun pisang.
Adonan tepung untuk mendoan juga menggunakan tepung beras, bukan tepung terigu. Kulit mendoan khas Banyumas berwarna putih tanpa tambahan pewarna.
Mendoan khas Banyumas biasanya disajikan dengan cabai rawit mentah sebagai pendampingnya. Namun, seiring berjalannya waktu, penyajiannya telah bervariasi, termasuk dengan saus kecap, irisan cabai, dan bawang merah.
Pada tahun 2015, diadakan Festival Mendoan pertama di Purwokerto, Banyumas. Festival ini dihadiri oleh ribuan orang dan diikuti oleh sekitar 44 peserta dari berbagai wilayah. Tujuan dari festival ini adalah untuk mempopulerkan kembali mendoan dan meningkatkan rasa memiliki terhadap sajian ini. (*)
Tempe mendoan diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) dalam kategori 'Keterampilan dan Kemahiran Kerajinan Tradisional'. Proses penetapan ini merujuk pada hasil Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021 oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Mendoan, sebuah sajian kuliner khas Banyumas, Jawa Tengah, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Banyumas. Nama "mendoan" sendiri berasal dari kata "mendo", yang berarti setengah matang. Proses pengusulan status WBTb ini telah dimulai sejak tahun 2020, dan setelah perjalanan panjang, akhirnya tercapai.
Proses pembuatan mendoan juga memiliki ciri khas tersendiri. Tempe yang digunakan tidaklah padat seperti tempe biasa. Tempe dibuat menjadi lembaran tipis dan lebar, kemudian dibungkus dengan daun pisang. Adonan tepung untuk mendoan juga menggunakan tepung beras, bukan tepung terigu. Kulit mendoan khas Banyumas berwarna putih tanpa tambahan pewarna.
Mendoan khas Banyumas biasanya disajikan dengan cabai rawit mentah sebagai pendampingnya. Namun, seiring berjalannya waktu, penyajiannya telah bervariasi, termasuk dengan saus kecap, irisan cabai, dan bawang merah.
Pada tahun 2015, diadakan Festival Mendoan pertama di Purwokerto, Banyumas. Festival ini dihadiri oleh ribuan orang dan diikuti oleh sekitar 44 peserta dari berbagai wilayah. Tujuan dari festival ini adalah untuk mempopulerkan kembali mendoan dan meningkatkan rasa memiliki terhadap sajian ini. (*)